Selasa, 29 Januari 2008

Frecadel, Perkedel, Bergedel

Indonesia terkenal akan kekayaan budayanya, termasuk budaya kuliner tentunya. Banyak ragam makanan bisa dinikmati di negeri ini. Kalau orang Indonesia menyantap makanan ala barat, tentulah bukan karena rasanya saja tapi juga ada gengsi yang ingin diperlihatkan. Di Indonesia, makan di warung Tegal (Warteg) tentu kurang gengsinya dibanding makan di Restorant siap saji dengan label luar negeri. Tapi kalau orang barat menyantap makanan asli Indonesia, tentu bukan karena gengsi, melainkan lebih karena rasanya yang lezat dan kaya bumbu.

Terkadang tak pernah disadari kalau banyak jenis bahan makanan yang kini ada di Indonesia juga berasal dari luar negeri. Kita dengan santainya bisa menyantap perkedel kentang atau sayur sop tanpa bertanya dari mana asal kentang itu sendiri.

Kentang berasal dari daerah Amerika Selatan yang dibawa masuk oleh pelaut portugis dan spanyol ke Daratan Eropa pada Abad ke – 16. Semenjak kedatangan kentang dan diikuti dengan pembudidayaan kentang di Eropa, dengan cepat kentang menyebar ke berbagai daratan Eropa dan populer sebagai makanan pokok warga disana.

Namun kentang sempat dilarang untuk disantap, khususnya di kalangan penduduk Burgundy, Prancis karena dianggap biang penyakit lepra. Sementara itu di beberapa wilayah lain di Eropa, kentang diyakini sebagai penyebab berjangkitnya penyakit sipilis. Pada abad ke – 19 kentang menjadi penyebab penduduk Irlandia berimigrasi ke benua Amerika karena tanaman ini menyebabkan wabah penyakit yang disebabkan oleh jamur ergot. Kemungkinan kentang yang datang ke Indonesiadibawa oleh para pelaut VOC Belanda dan mulai dibudidayakan pada abad ke – 17. Pertanian di Hindia Belanda, khususnya di jawa menjadi pusat perhatian VOC. Atas jasa petani – petani China, teknik – teknik bercocok tanam dikenalkan. Penanaman kentang pun mulai meluas dan karena iklim yang mendukung, kentang dibudidayakan secara besar – besaran di Bandung. Tanpa peranan petani China mustahil Belanda mampu menggarap pertanian di Hindia Belanda.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda G Van Imhoff mengatakan dalam laporannya, bahwa orang – orang China berjasa mengolah tanah. Orang Belanda, demikian Imhoff, “sama sekali tidak cocok untuk mengolah tanah”. Maka bibit – bibit kentang yang dibawa dari daratan Eropa itu kemudian ditanam dengan menggunakan bantuan para petani China.

Namun awalnya hanya penduduk Eropa saja yang menyantap kentang. Lambat laun baru penduduk pribumi memanfaatkan umbi yang bernama latin Solanum Tuberosum L itu. Makanan hasil olahan kentang yang semula biasa disantap oleh meneer – meneer Belanda pun mulai digemari oleh penduduk pribumi. Taruh semisal perkedel kentang yang dibeberapa daerah di Jawa Tengah disebut juga sebagai bergedel.

Kini perkedel menjadi teman sejati saat menyantap nasi uduk atau dihidangkan bersama lauk pauk lain pada saat makan. Kata perkedel sendiri berasal dari bahasa belanda, frecadel. Tapi karena lidah inlander kepleset ucap, maka jadilah frecadel dilapalkan perkedel.

Tidak ada komentar: