Selasa, 06 Januari 2009

BERSATULAH UMAT ISLAM


Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar.(QS: Al Furqaan/25 : 52).

Dalam surah Ali Imran: 103, Allah SWT. memerintahkan agar kita berpegang teguh terhadap tali Allah dan jauhi perpecahan. Dalam ayat tersebut Allah berfirman: wa’tashimuu bihablillah jamii’aw walaa tafarraquu. Dalam kata wa’tashmuu terkesan makna keharusan bersungguh-sungguh memegang tali Allah. Jangan main-main –apalagi mempermainkan– sedikitpun. Lalu dari kata jamii’aa, tergambar makna bersama-sama, saling melengkapi, penuh nuansa persaudaraan, tanpa sedikitpun permusuhan. Lalu dipertegas lagi dengan kata walaa tafarraquu yang artinya jangan berpecah belah. Allah tidak berfirman: walaa takhtalifuu (jangan berbeda pendapat), sebab perbedaan pendapat dalam wilayah fikih adalah fitrah. Masing-masing manusia Allah bekali kecerdasan akal yang berbeda. Pun juga masing-masing mempunyai kesungguhan yang berbeda dalam mencari ilmu. Maka sudah pasti perbedaan pendapat akan sulit dihindari. Karenanya Allah tidak melarang perbedaan pendapat.
Berdasarkan hal tersebut, perbedaan pendapat pasti akan terjadi sekalipun di zaman Rasulullah saw. Banyak riwayat yang merekam perbedaan pendapat antara para sahabat seperti perbedaan pendapat terhadap teks hadits yang memerintahkan shalat Ashar di Bani Quraidzah. Sebagian sahabat paham bahwa maksudnya bukan tempatnya, melainkan segeranya pergi ke Bani Quradzah. Sebab, shalat Ashar ada waktunya yang tidak bisa ditunda. Namun sebagian sahabat memahami hadits apa adanya, sekalipun kemudian mereka shalat Ashar setelah masuk waktu Maghrib di Bani Quraidzah. Tetapi ternyata perbedaan pendapat tersebut tidak mebuat mereka berpecah-belah. Mereka tetap bersatu dan bersinergi. Demikian juga perbedaan pendapat antara para imam madzhab fikih yang empat: Hanafi, Maliki, Hanbali, dan Syafi’i. Mereka sangat toleran dan saling menghormati. Bahwa perbedaan fikih bukan suatu yang harus menyebabkan perpecahan. Ketika Imam Syafi’i diminta menjadi imam shalat Subuh di pusat wilayah madzhab Hanafi, ia tidak membaca qunut. Ketika ditanya, ia menjelaskan bahwa itu sikap hormat terhadap pendapat madzhab Hanafi yang tidak membaca qunut pada saat shalat Subuh.
Lebih-lebih sekarang, kita menyaksikan umat Islam dibantai dari berbagai arah. Bukan hanya serangan pemikiran, melainkan lebih dari itu: serangan senjata yang menelan ratusan nyawa. Maka bukan saatnya lagi kita centang perenang sibuk dengan perbedaan fikih, perbedaan bendera partai, atau perbedaan nama golongan. Allah yang kita sembah masih sama. Kiblat shalat kita juga masih sama. Jumlah rakaat shalat fardhu kita tidak ada bedanya. Nabi yang kita ikuti juga sama. Nama agama kita sama. Tempat kita melaksanakan ibadah haji juga sama. Lalu apa yang akan membuat kita tidak mau bekerja sama? Apakah hanya karena perbedaan pemahaman terhadap satu teks ayat atau hadits secara fikih lalu kita berpecah belah, saling menjatuhkan bahkan saling menyesatkan?
Sejauh yang saya amati, perbedaan antara kelompok umat Islam yang ada masih sekitar perbedaan fikih dan cara berdakwah. Sebagian mengambil yang tradisional dan sebagian lebih akademis. Sebagian menitikberatkan kepada dakwah dari masjid ke masjid, dan sebagian yang lain fokus pada ashalah sunnah sesuai dengan teks sahih dari Rasulullah saw. Karenanya, kelompok ini sangat teliti mengecek kesahihan hadits dan menyajikannya secara ilmiah. Sebagian fokus pada perbaikan sosial politik supaya lebih bersih, lebih memihak kepada kemaslahan masyarakat secara umum dan lebih sesuai dengan ajaran Islam yang kaffah. Sebagian yang lain memilih misi dakwahnya mengcounter pemikiran sesat. Semua kondisi ini sungguh tidak cukup alasan untuk berpecah-belah.
Karena itu, ayo bersatulah, wahai umat Islam! Umat ini sangat membutuhkan persatuan kalian. Tidak ada persaudaraan tanpa persatuan. Allah tidak akan pernah menurunkan rahmat dan pertolonganNya kepada umat yang berpecah-belah. Karena itu, tanamkan budaya ishlah “fa ashlihuu” karena ini jalan satu-satunya untuk menegakkan persaudaraan (ukhuwah). Allah berfirman dalam surah Al-Hujuraat: 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu; dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat).”
Wallahu a’lam bishshawab.
Dr. Amir Faishol Fath

PALESTINA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH


Dilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan mereka ke tanah Palestina pada permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir. Begitu juga kedatangan mereka ke tanah Palestina saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Arab Palestina saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18, “Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak.”
Pernyataan serupa juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an menyebutkan bahwa bangsa Israel itu tidak layak atas tanah Palestina karena perilaku mereka sendiri.
Musa berkata, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan bagimu (selama kamu beriman). Dan janganlah kalian lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kalian akan menjadi orang-orang yang merugi”. Mereka berkata, “Hai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa (bangsa kanaan). Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar, pasti kami akan memasukinya.” Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang kota ini. Maka bila kalian memasukinya, niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal jika kalian benar-benar beriman.” Mereka berkata, “Hai Musa, sekali-kali kami tidak akan memasukinya selamanya selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti di sini saja.” Berkata Musa, “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu.” Allah berfirman (jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun. Lalu, selama itu mereka berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu, maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik itu. [Al-Maidah (5): 21-26].
[Al-Maidah (5): 21-26]

MENGUTUK AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA


Kalangan Akademisi dan ahli sejarah Palestina menilai, hari Sabtu (1/2) merupakan peristiwa terburuk bagi Palestina sepanjang sejarah penjajahan Israel sejak tahun 1967. Tercatat 61 syuhada dan 160 luka akibat pembantaian Israel tersebut.
Pernyataan ini diungkapkan Dosen bidang sejarah Univeritas Islam Gaza, DR. Sami Abu Zuhri kemarin. Ia mengatakan, “Puluhan syuhada kemarin gugur dalam serangan biadab Israel ke wilayah Gaza. Peristiwa ini terjadi dua hari sejak pembantaian mereka di Gaza yang menelan 37 korban sipil, “ ungkap Abu Zuhri.
Jumlah ini merupakan paling banyak dalam sejarah penjajahan Israel terhadap Palestina atau sejak tahun 1967. Terutama karena dua hari sebelumnya mereka juga membantai 37 rakyat sipil yang meengakibatkan kehancuran di mana-mana. Inilah yang disebut Wakil Menteri Perang Israel, Metan Filani sebagai pembumi hangusan dan pembersihan massal Palestina.
Sementara itu, Abu Zuhri sebagai Juru Bicara Hamas juga menyebutkan, pembantaian Israel kali ini lebih sadis, karena 25 % korbannya terdiri dari anak-anak, disamping sejumlah wanita. Bahkan ada satu keluarga yang semuanya meninggal akibat serangan udara Israel ini.
Seperti keluarga Athoillah yang rumahnya hancur luluh diterjang rudal-rudal udara yang mematikan. Bapak Athoillah yang sudah tua renta bersama istrinya juga sejumlah anak-analnya meninggal syahid diterjang bom Israel secara bersama-sama. Mereka juga tak segan-segan untuk menghabisi bayi-bayi yang sedang menyusui bersamaan dengan ibunya sekaligus.
Israel tetap tidak menggubris reaksi dunia Internasional yang menentang kejahatan yang mereka lakukan, bahkan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Ahad malam (2/2), mengatakan: “Waktunya telah tiba untuk bertindak. Operasi militer akan berlanjut dan HAMAS memikul tanggung jawabnya,” kata Barak sebagaimana dikutip oleh laman Internet harian lokal Ha’aretz.
Barak mengeluarkan pernyataan itu selama pertemuan dengan para pejabat pertahanan termasuk Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Gabi Ashkenazi dan pemimpin Dinas Keamanan Shin Bet Yuval Diskin.
Siapa menuduh, siapa dituduh? Israel yang jelas-jelas anti perdamaian dan haus darah, mengklaim usaha-usaha mereka selama ini adalah untuk melindungi warga mereka.
Israel memang hanya paham dengan senjata kekuatan, tidak lebih dari itu.
Wa Islama… di mana kalian para pemimpin negara-negara Islam, di mana kalian wahai umat muslim dunia, dan di mana orang yang mengklaim memperjuangkan bangsa Palestina tapi masih bermesraan dengan Israil?? (berbagai sumber)

TERKUTUKLAH ISRAEL LA'NATULLAH






Rasulullah saw bersabda:Sesama muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya dan jangan mendiamkan. Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan sesama muslim, niscaya Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi kejelakan seorang muslim Allah akan menutupi kejelekannya pada hari kiamat.(HR.Bukhari dan Muslim)